Ahmad Fauzi Hrp, Irvanuddin Dan Azrul Hasibuan |
Saya tidak tahu
apa yang ada dalam pikiran Ebiet G.Ade ketika belasan atau puluhan tahun yang
lalu, dalam lagu yang meledak menjadi hits, dia menggugat dan ingin bertanya
pada rumput yang bergoyang. Adakah dia tak lagi punya asa? Adakah dia frustasi?
Namun saya bisa
menangkap apa isi gugatannya ketika dia berteriak, "Mengapa di tanahku
terjadi bencana?" Inikah juga yang ditanyakan bangsa kita kini?
Konon, Ebiet
sudah kabarkan berita ini kepada laut, karang, ombak bahkan matahari. Sayang,
dia mengaku tak memperoleh jawaban. Yang bisa dia lakukan adalah menduga-duga.
Mungkinkah ini murka Tuhan? Mungkinkah ini karena alam tak lagi bersahabat?
Entahlah. Boleh
jadi Tuhan memang sedang murka. Namun saya kira benar bahwa alam tampaknya
sedang tak bersahabat dengan kita. Merapi memuntahkan laharnya. Belum habis air
mata kita, Irian Jaya dan Samarinda diterjang banjir.
Api. Air.
Inikah tanda kemarahan alam? Jika iya, mengapa Tuhan ijinkan alam untuk
mengeskpresikan kegalauannya? Sampai kapan Tuhan ijinkan alam untuk marah? Alam
marah, benarkah ini juga berarti Tuhan sedang marah?
Ah, tiba-tiba
gugatan dan renungan Ebiet belasan tahun yang lalu terdengar kembali dan mampir
ke kamar saya. Bedanya, saya masih punya harapan, walaupun diimbuhi sedikit
rasa cemas.Harapan itulah yang membuat saya tak bertanya pada rumput yang
bergoyang. Harapan itulah yang membuat saya "merayu" Tuhan dalam
do'a-do'a saya. Semoga Tuhan segera menyuruh alam berhenti "ngambek".
Rumput
bergoyang,
merapi
berguncang,
dataran
tergenang
Ah...duhai
alam, terimalah salamku, bukankah tak baik kalau kita bertengkar lebih dari
tiga hari?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon kritik, saran, tanggapan dan masukan yang sifatnya membangun untuk memperbaki tulisan diatas.
Sebelumnya, saya ucapkan banyak terimakasih.