Irvanuddin |
A.
Pendahuluan
Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam
pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan
bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum sebagaimana sentra
kegiatan pendidikan, maka didalam penyusunannya memerlukan landasan atau
fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian secara mendalam. Pada
dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen.
Setiap komponen yang menyusun kurikulum saling
berhubungan satu sama lain, sehingga dalam proses pengembangan kurikulum harus
memperoleh perjatian yang sama besarnya. Komponen-komponen tersebut yaitu
komponen tujuan, isi, metode, serta komponen evaluasi. Proses pengembangan
kurikulum memang merupakan sesuatu yang kompleks, karena tidak hanya menuntut
penguasaan kemampuan secara teknis, akan tetapi lebih dari itu para pengembang
kurikulum harus mampu mengantisipasi berbgai faktor yang berpengaruh terhadap
pengembangan kurikulum baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Kurikulum tidak dapat terbentuk atau tidak
dapat dikembangkan tanpa adanya tujuan khusus sebagai hasil yang diharapkan.
Dengan adanya tujuan, maka akan memudahkan para pengemang kurikulum dalam
menentukan nilai-nilai apasaja yang harus ada dalam kurikulum tersebut. Karena
itu, sebagai orang yang kelak akan berperan dalam implementasi kurikulum,
sangat penting bagi para calon pendidik untuk memahami dan menguasai tata cara
pengembangan tujuan dan isi kurikulum.
Sistem kurikulum menggambarkan bahwa system
kurikulum terbentuk oleh 4 komponen, yaitu tujuan, isi, metode atau strategi
pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi. Komponen tujuan berhubungan dengan
arah atau hasil yang diharapkan. Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum
erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat.
Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan.
Isi kurikulum merupakan komponen yang
berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum
itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi
pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran yang
diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu
seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Strategi berkaitan dengan upaya yang harus dilakukan
dalam rangka pencapaian tujuan. Strategi yang ditetapkan dapat berupa strategi
yang menempatkan siswa sebagai pusat dari setiap kegiatan, ataupun sebaliknya.
Strategi yang berpusat kepada siswa biasa dinamakan student centered. Strategi
yang bagaiman yang digunakan sangat tergantung pada tujuan dan materi
kurikulum.
Evaluasi merupakan komponen untuk melihat
efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat
berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai
atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan
strategi yang ditetapkan. Karena itu, perlu diketahui cara mengembangkan tujuan
dan isi kurikulum.
B.
Pengembangn
Tujuan Kurikulum
Menurut Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
isi atau bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan pengertian tersebut,
dapat dipahami bahwa kurikulum merupakan suatu konsep yang bertujuan. Setiap
rencana yang terdapat dalam kurikulum selalu didasarkan pada suatu tujuan
tertentu, sehingga dapat ditentukan apa yang ingin dicapai. Komponen tujuan
merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum.
Sebab tanpa tujuan yang khusus, maka tidak dapat disusun rencana yang merupakan
perangkat penyusun kurikulum tersebut.
Ada beberapa alasan mengapa tujuan perlu
dirumuskan dalam kurikulum. Alasan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Tujuan erat kaitannya dengan arah dan sasaran
yang harus dicapai oleh setiap upaya pendidikan. Kurikulum merupakan alat untuk
mencapai tujuan pendidikan , dengan demikian perumusan tujuan merupakan salah
satu komponen yang harus ada dalam sebuah kurikulum.
2.
Melalui tujuan yang jelas, maka dapat membantu
para pengembang kurikulum dalam mendesain model kurikulum yang dapat digunakan,
bahkan akan membantu guru dalam mendesain system pembelajaran. Artinya, dengan
tujuan yang jelas daqpat memberikan arahan kepada guru dalam menentukan bahan
atau materi yang harus dipelajari, menentukan metode dan strategi pembelajaran,
menentukan alat, media, dan sumber pembelajaran, serta merancang alat evaluasi
untuk menentukan keberhasilan belajar siswa.
3.
Tujuan kurikulum yang jelas dapat digunakan
sebagai control dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran.
Artinya, melalui penetapan tujuan, para pengembang kurikulum termasuk guru
dapat mengontrol sampai mana siswa telah memperoleh kemampuan-kemampuan sesuai
dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang berlaku. Lebih jauh dengan tujuan
dapat ditentukan daya serap siswa dan kualitas suatu sekolah.
C.
Pengembangan
Materi kurikulum
Bahan atau materi kurikulum adalah isi atau
muatan kurikulum yang harus dipahami siswa dalam upaya mencapai tujuan
kurikulum. Bahan atau materi kurikulum berhubungan dengan pertanyaan: apakah
yang harus diajarkan dan dipahami siswa? Masalah ini tentu saja erat kaitannya
dengan tujuan pendidikan yang harus dicapai.
Penjelasan lebih rinci mengenai point-point pengembangan
materi kurikulum tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Sumber-sumber materi kurikulum
Isi atau materi kurikulum harus bersumber pada
beberapa aspek dengan seimbang. Isi kurikulum yang terlalu menonjolkan salah
satu aspek, dapat memengaruhi keseimbangan makna pendidikan. Beberapa sumber
tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Masyarakat beserta budayanya
Sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak
didik agarat hidup di masyarakat. Dengan demikian, apa yang dibutuhkan
masyarakat harus menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan isi kurikulum.
Kurikulum yang tidak memerhatikan kebutuhan masyarakat akan kurang bermakna.
Anak didik perlu dikenalkan dengan lingkungan
lokalnya, agar kelak mereka memiliki tanggung jawab dalam melestarikan dan
mengembangkan daerah dimana mereka tinggal. Oleh sebab itu, dilihat dari
perspektif kebutuhan local, isi kurikulum tidaklah perlu seragam,. Bias dilihat
dari muatan kurikulum lokalnya, antara daerah yang satu berbeda dengan daerah
yang lain.
Selanjutnya kebutuhan dalam tatanan masyarakat
secara nasional, juga harus dijadikan sumber penetapan materi kurikulum.
Pengambangan budaya lokal dalam menentukan isi kurikulum justru untuk
kepentingan nasional. Oleh sebab itu, para pengembang perlu hati-hati dalam
menetapkan materi dan muatan kurikulum. Jangan sampai, penyusunan budaya local
dapat merugikan secara nasional. Pengembangan budaya lokal semestinya diarahkan
untuk meningkatkan rasa nasionalisme, rasa cinta terhadap bangsa dan Negara.
Dengan kata lain, muatan local dikembangkan untuk meningkatkan wawasan
kebangsaan.
b.
Siswa sebagai sumber materi kurikulum
Di samping masyarakat beserta kebudayaannya,
penetapan materi kurikulum juga dapat bersumber dari siswa itu sendiri. Siswa
harus dijadikan sumber dalam penetapan isi kurikulum, karena fungsi pendidikan
adalah untuk ,mengembangkan seluruh potensi siswa. Maka tidak heran jika
kebutuhan anak harus menjadi salah satu sumber materi kurikulum.
c.
Ilmu pengetahuan sebagai sumber kurikulum
Ilmu adalah pengetahuan yang terorganisir
secara sistematis dan logis. Dengan demikian, tidak semua pengetahuan dapat
dikatakan ilmu. Ilmu hanya menunjuk pada pengetahuan yang memiliki objek, dan
metode tertentu. Oleh karena itu, kita mengenal ilmu alam (natural science)
seperti kimia, fisika, dan biologi, dan juga ilmu sosial (social science)
seperti ekonomi, psikologi, dan sejarah. Bahan atau materi kurikulum dapat
bersumber dari ilmu pengetauan tersebut. Isi kurikulum diambil dari setiap
disiplin ilmu. Para pengembang kurikulum tidak perlu susah-susah menyusun bahan
sendiri. Mereka tinggal memilih materi mana yang perlu dikuasai oleh anak didik
berdasarkan disiplin ilmu sesuai dengan taraf perkembangan anak didik serta
sesuai dengan kepentingannya.
2.
Tahap penyeleksian materi kurikulum
Tahap penyelesaian materi kurikulum adalah
langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh pengembang materi kurikulum dalam
menentukan isi atau muatan kurikulum. Tahap penyeleksian merupakan tahap
penting dalam pengembangan materi kurikulum. Tahap penyeleksian merupakan tahap
penting dalam pengembangan materi atau isi kurikulum. Ada beberapa tahap dalam
menyeleksi bahan kurikulum, yakni:
a.
Identifikasi kebutuhan (need assessment)
Kebutuhan adalah ketidaksesuaian antara harapan
dan kenyataan. Dengan demikian, penentuan bahan atau materi kurikulum harus
dimulai dari penilaian apakah bahan yang ada cukup memadai untuk mencapai
tujuan atau tidak. Sesuai dengan kemajuan dan perkembangan zaman, tujuan
kurikulum tidaklah statis akan tetapi dinamis. Artinya tujuan yang harus
dicapai harus senantiasa diperbarui sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan, yang
berarti penyusunan bahan kurikulum pun harus menglami penyesuaian.
b.
Mendapatkan bahan kurikulum (Assess the
curriculum meterials)
Mendapatkan bahan kurikulum yang sesuai dengan
tujuan bukanlah perkara mudah. Proses pelaksanaannya diperlukan perencanaan
yang matang serta motivasi dan keseriusan yang sungguh-sungguh. Hal ini
dimaksudkan agar bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan validitasnya.
c.
Analisis bahan (analyze the materials)
Analisis bahan kurikulum diperlukan untuk
menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi. Kesalahan menilai
terhadap bahan kurikulum baik dilihat dari sudut kelengkapan, maupun
keakuratannya dapat mengakibatkan rendahnya kualitas kurikulum. Menganalisis
materi kurikulum dapat dilakukan dengan melihat informasi tentang bahan yang
bersangkutan. Disamping itu, analisis bahan dapat dilakukan dengan mecermati
isi kurikulum itu sendiri, misalnya menguji validitas fakta, konsep,
generalisasi atau keterampilan yang ada dalam bahan kurikulum itu.
d.
Penilaian bahan kurikulum (appraisal of
curriculum materials)
Manakala bahan kurikulum telah dianalisis
keakuratannya, maka selanjutnya diberi penilaian, apakah bahan itu layak
digunakan atau tidak, sesuaikah dengan tuntutan kurikulum atau tidak. Dalam
menentukan keputusan tersebut, perlu juga diuji scope dan sequence-nya. Apakah
tingkat kedalaman serta urutan bahan sesuai dengan tarap perkembangan siswa
atau tidak, dan apakah urutannya sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah atau
tidak.
e.
Membuat keputusan mengadopsi bahan (make an
adoption decision)
Membuat keputusa apakah bahan layak untuk
diadopsi atau tidak merupakan tahap terakhir menyeleksi bahan. Tahap ini
merupakan tahap yang penting dan biasanya cukup sulit dilakukan, oleh karena
adanya kemungkinan perbedaan pendapat dari para pengembang materi kurikulum.
Penentuan kelayakan ini harus dilakukan secara objektif. Oleh karena itu, para
pengembang kurikulum perlu bekerja secara hati-hatiu serta menjauhkan diri dari
kepentingan-kepentingan subjektif.
3.
Jenis-jenis materi kurikulum
Biasanya materi kurikulum yang harus dipelajari
siswa terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum, dan keterampilan. Fakta
adalah sifat dari suatu gejala, peristiwa, benda, yang wujudnya dapat ditangkap
oleh pancaindra. Fakta merupakan pengetahuan yang berhubungan degan data yang
spesifik (tunggal) baik yang telah maupun yang sedang terjadi yang dapat diuji
atau diobservasi.
Konsep adalah abstraksi kesamaan atau
keterhubungan dari sekelompok benda atau sifat. Suatu konsep memiliki bagian
yang dinamakan atribut. Atribut adalah karakteristik yang dimiliki suatu
konsep. Gabungan dari berbagai atribut menjadi suatu pembeda antara satu konsep
dengan konsep yang lain. contoh, anak laki-laki merupakan suatu konsep, yang
memiliki atribut tertentu yang berbeda dengan atribut yang dimiliki oleh konsep
“anak perempuan” .
Hubungan antara dua atau lebih konsep yang
sudah teruji secara empiric dinamakan generalisasi yang selanjutnya dapat
ditarik ke dalam prinsip. Materi pelajaran tentang prinsip akan lebih sulit
dibandingkan dengan fakta, atau konsep. Sebab, seorang akan dapat menarik suatu
prinsip apabila sudah memahami berbagai fakta dan konsep yang relevan.
Ada juga yang lebih tinggi dari generalisasi
atau prinsip, yaitu yang dinamakan teori. Menurut Goetz dan Lacomte, teori
adalah komposisi yang dihasilkan dari pengembangan sejumlah proposisi atau
generalisasi yang dianggap memiliki keterhubungan secara sistematis. Teori
merupakan pengetahuan taraf tinggi dari pengembangan suatu ilmu. Melalui teori,
dapat menerangkan dan meramalkan perilaku manusia atau kejadian-kejadian
tertentu.
Keterampilan adalah pola kegiatan yang memiliki
tujuan tertentu yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi.
Keterampilan dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu keterampilan intelektual
dan keterampilan fisik. Keterampilan intelektual adalah keterampilan berpikir
melalui usaha menggali, menyusun, dan menggunakan berbagai informasi, baik
berupa data, fakta, konsep, ataupun prinsip dan teori. Contohnya adalah
keterampilan menyelesaikan masalah melalui langkah-langkah yang sistematis,
keterampilan mengevaluasi suatu program atau mengevaluasi suatu objek,
keterampilan menyusun program kegiatan, keterampilan membuat perencanaan, dan
lain sebagainya. Keterampilan fisik adalah keterampilan motorik seperti
keterampilan mengoperasikan computer, keterampilan mengemudi, dan lain
sebagainya.
D.
Kesimpulan
Pengembangan tujuan kurikulum merupakan hal
penting yang harus dilakukan dalam proses pengembangan kurikulum, sebab tujuan
erat kaitannya dengan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh setiap upaya
pendidikan. Melalui tujuan yang jelas, maka dapat membantu para pengembang
kurikulum dalam mendesain model kurikulum yang dapat digunakan, serta sebagai
control dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran.
Setiap rencana yang terdapat dalam kurikulum
selalu didasarkan pada suatu tujuan tertentu, sehingga dapat ditentukan apa
yang ingin dicapai. Komponen tujuan merupakan salah satu komponen yang sangat
penting dalam pengembangan kurikulum. Sebab tanpa tujuan yang khusus, maka
tidak dapat disusun rencana yang merupakan perangkat penyusun kurikulum
tersebut.
Bahan atau materi kurikulum adalah isi atau
muatan kurikulum yang harus dipahami siswa dalam upaya mencapai tujuan
kurikulum.
Pengembangan materi kurikulum menyangkut proses
penentuan bahan atau materi yang perlu dipahami oleh peserta didik.
Pengembangan materi kurikulum bersumber pada beberapa aspek, yaitu masyarakat,
siswa, dan ilmu pengetahuan. Setiap aspek harus diseimbangkan satu sama lain
agar kurikulum yang terbentuk menjadi lebih berkualitas.
E.
Daftar Pustaka
Ø Sanjaya Wina. “Kurikulum
dan Pembelajaran”. Jakarta: Kencana, 2008.
Ø Dr. Ibrahim M.A. dkk. ”Belajar dan Pembelajaran 2”. Jakarta: Universitas Terbuka, 2006.
Ø Dakir. “Perencanaan
dan Pengembangan Kurikulum”. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Ø Ahmad, dkk. “Pengembangan
Kurikulum”. Bandung: Pustaka Setia, 1998.
Ø Hamalik, Oemar.
“Kurikulum dan Pengajaran”. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon kritik, saran, tanggapan dan masukan yang sifatnya membangun untuk memperbaki tulisan diatas.
Sebelumnya, saya ucapkan banyak terimakasih.