Nabi Muhammad SAW Bersabda Sampaikan Dariku Walaupun Hanya Satu Ayat

Assalamu’alaikum Wr Wb Kami Ucapkan Selamat Datang dan Selamat Membaca Di Blog Kami Terimakasih

Manusia yang baik adalah manusia yang mampu memberikan manfaat bagi orang lain

Rabu, 09 Mei 2012

Pengembangan Tujuan Dan Isi Kurikulum



Irvanuddin
A.    Pendahuluan
Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, maka didalam penyusunannya memerlukan landasan atau fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian secara mendalam. Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen.
Setiap komponen yang menyusun kurikulum saling berhubungan satu sama lain, sehingga dalam proses pengembangan kurikulum harus memperoleh perjatian yang sama besarnya. Komponen-komponen tersebut yaitu komponen tujuan, isi, metode, serta komponen evaluasi. Proses pengembangan kurikulum memang merupakan sesuatu yang kompleks, karena tidak hanya menuntut penguasaan kemampuan secara teknis, akan tetapi lebih dari itu para pengembang kurikulum harus mampu mengantisipasi berbgai faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan kurikulum baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Kurikulum tidak dapat terbentuk atau tidak dapat dikembangkan tanpa adanya tujuan khusus sebagai hasil yang diharapkan. Dengan adanya tujuan, maka akan memudahkan para pengemang kurikulum dalam menentukan nilai-nilai apasaja yang harus ada dalam kurikulum tersebut. Karena itu, sebagai orang yang kelak akan berperan dalam implementasi kurikulum, sangat penting bagi para calon pendidik untuk memahami dan menguasai tata cara pengembangan tujuan dan isi kurikulum.
Sistem kurikulum menggambarkan bahwa system kurikulum terbentuk oleh 4 komponen, yaitu tujuan, isi, metode atau strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi. Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan.
Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Strategi berkaitan dengan upaya yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan. Strategi yang ditetapkan dapat berupa strategi yang menempatkan siswa sebagai pusat dari setiap kegiatan, ataupun sebaliknya. Strategi yang berpusat kepada siswa biasa dinamakan student centered. Strategi yang bagaiman yang digunakan sangat tergantung pada tujuan dan materi kurikulum.
Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Karena itu, perlu diketahui cara mengembangkan tujuan dan isi kurikulum.

B.     Pengembangn Tujuan Kurikulum
Menurut Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi atau bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa kurikulum merupakan suatu konsep yang bertujuan. Setiap rencana yang terdapat dalam kurikulum selalu didasarkan pada suatu tujuan tertentu, sehingga dapat ditentukan apa yang ingin dicapai. Komponen tujuan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum. Sebab tanpa tujuan yang khusus, maka tidak dapat disusun rencana yang merupakan perangkat penyusun kurikulum tersebut.
Ada beberapa alasan mengapa tujuan perlu dirumuskan dalam kurikulum. Alasan tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Tujuan erat kaitannya dengan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh setiap upaya pendidikan. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan , dengan demikian perumusan tujuan merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam sebuah kurikulum.
2.      Melalui tujuan yang jelas, maka dapat membantu para pengembang kurikulum dalam mendesain model kurikulum yang dapat digunakan, bahkan akan membantu guru dalam mendesain system pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas daqpat memberikan arahan kepada guru dalam menentukan bahan atau materi yang harus dipelajari, menentukan metode dan strategi pembelajaran, menentukan alat, media, dan sumber pembelajaran, serta merancang alat evaluasi untuk menentukan keberhasilan belajar siswa.
3.      Tujuan kurikulum yang jelas dapat digunakan sebagai control dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya, melalui penetapan tujuan, para pengembang kurikulum termasuk guru dapat mengontrol sampai mana siswa telah memperoleh kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang berlaku. Lebih jauh dengan tujuan dapat ditentukan daya serap siswa dan kualitas suatu sekolah.

C.    Pengembangan Materi kurikulum
Bahan atau materi kurikulum adalah isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami siswa dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Bahan atau materi kurikulum berhubungan dengan pertanyaan: apakah yang harus diajarkan dan dipahami siswa? Masalah ini tentu saja erat kaitannya dengan tujuan pendidikan yang harus dicapai.
Penjelasan lebih rinci mengenai point-point pengembangan materi kurikulum tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Sumber-sumber materi kurikulum
Isi atau materi kurikulum harus bersumber pada beberapa aspek dengan seimbang. Isi kurikulum yang terlalu menonjolkan salah satu aspek, dapat memengaruhi keseimbangan makna pendidikan. Beberapa sumber tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Masyarakat beserta budayanya
Sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik agarat hidup di masyarakat. Dengan demikian, apa yang dibutuhkan masyarakat harus menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan isi kurikulum. Kurikulum yang tidak memerhatikan kebutuhan masyarakat akan kurang bermakna.
Anak didik perlu dikenalkan dengan lingkungan lokalnya, agar kelak mereka memiliki tanggung jawab dalam melestarikan dan mengembangkan daerah dimana mereka tinggal. Oleh sebab itu, dilihat dari perspektif kebutuhan local, isi kurikulum tidaklah perlu seragam,. Bias dilihat dari muatan kurikulum lokalnya, antara daerah yang satu berbeda dengan daerah yang lain.
Selanjutnya kebutuhan dalam tatanan masyarakat secara nasional, juga harus dijadikan sumber penetapan materi kurikulum. Pengambangan budaya lokal dalam menentukan isi kurikulum justru untuk kepentingan nasional. Oleh sebab itu, para pengembang perlu hati-hati dalam menetapkan materi dan muatan kurikulum. Jangan sampai, penyusunan budaya local dapat merugikan secara nasional. Pengembangan budaya lokal semestinya diarahkan untuk meningkatkan rasa nasionalisme, rasa cinta terhadap bangsa dan Negara. Dengan kata lain, muatan local dikembangkan untuk meningkatkan wawasan kebangsaan.
b.      Siswa sebagai sumber materi kurikulum
Di samping masyarakat beserta kebudayaannya, penetapan materi kurikulum juga dapat bersumber dari siswa itu sendiri. Siswa harus dijadikan sumber dalam penetapan isi kurikulum, karena fungsi pendidikan adalah untuk ,mengembangkan seluruh potensi siswa. Maka tidak heran jika kebutuhan anak harus menjadi salah satu sumber materi kurikulum.
c.       Ilmu pengetahuan sebagai sumber kurikulum
Ilmu adalah pengetahuan yang terorganisir secara sistematis dan logis. Dengan demikian, tidak semua pengetahuan dapat dikatakan ilmu. Ilmu hanya menunjuk pada pengetahuan yang memiliki objek, dan metode tertentu. Oleh karena itu, kita mengenal ilmu alam (natural science) seperti kimia, fisika, dan biologi, dan juga ilmu sosial (social science) seperti ekonomi, psikologi, dan sejarah. Bahan atau materi kurikulum dapat bersumber dari ilmu pengetauan tersebut. Isi kurikulum diambil dari setiap disiplin ilmu. Para pengembang kurikulum tidak perlu susah-susah menyusun bahan sendiri. Mereka tinggal memilih materi mana yang perlu dikuasai oleh anak didik berdasarkan disiplin ilmu sesuai dengan taraf perkembangan anak didik serta sesuai dengan kepentingannya.
2.      Tahap penyeleksian materi kurikulum
Tahap penyelesaian materi kurikulum adalah langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh pengembang materi kurikulum dalam menentukan isi atau muatan kurikulum. Tahap penyeleksian merupakan tahap penting dalam pengembangan materi kurikulum. Tahap penyeleksian merupakan tahap penting dalam pengembangan materi atau isi kurikulum. Ada beberapa tahap dalam menyeleksi bahan kurikulum, yakni:
a.       Identifikasi kebutuhan (need assessment)
Kebutuhan adalah ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Dengan demikian, penentuan bahan atau materi kurikulum harus dimulai dari penilaian apakah bahan yang ada cukup memadai untuk mencapai tujuan atau tidak. Sesuai dengan kemajuan dan perkembangan zaman, tujuan kurikulum tidaklah statis akan tetapi dinamis. Artinya tujuan yang harus dicapai harus senantiasa diperbarui sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan, yang berarti penyusunan bahan kurikulum pun harus menglami penyesuaian.
b.      Mendapatkan bahan kurikulum (Assess the curriculum meterials)
Mendapatkan bahan kurikulum yang sesuai dengan tujuan bukanlah perkara mudah. Proses pelaksanaannya diperlukan perencanaan yang matang serta motivasi dan keseriusan yang sungguh-sungguh. Hal ini dimaksudkan agar bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan validitasnya.
c.       Analisis bahan (analyze the materials)
Analisis bahan kurikulum diperlukan untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi. Kesalahan menilai terhadap bahan kurikulum baik dilihat dari sudut kelengkapan, maupun keakuratannya dapat mengakibatkan rendahnya kualitas kurikulum. Menganalisis materi kurikulum dapat dilakukan dengan melihat informasi tentang bahan yang bersangkutan. Disamping itu, analisis bahan dapat dilakukan dengan mecermati isi kurikulum itu sendiri, misalnya menguji validitas fakta, konsep, generalisasi atau keterampilan yang ada dalam bahan kurikulum itu.
d.      Penilaian bahan kurikulum (appraisal of curriculum materials)
Manakala bahan kurikulum telah dianalisis keakuratannya, maka selanjutnya diberi penilaian, apakah bahan itu layak digunakan atau tidak, sesuaikah dengan tuntutan kurikulum atau tidak. Dalam menentukan keputusan tersebut, perlu juga diuji scope dan sequence-nya. Apakah tingkat kedalaman serta urutan bahan sesuai dengan tarap perkembangan siswa atau tidak, dan apakah urutannya sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah atau tidak.
e.       Membuat keputusan mengadopsi bahan (make an adoption decision)
Membuat keputusa apakah bahan layak untuk diadopsi atau tidak merupakan tahap terakhir menyeleksi bahan. Tahap ini merupakan tahap yang penting dan biasanya cukup sulit dilakukan, oleh karena adanya kemungkinan perbedaan pendapat dari para pengembang materi kurikulum. Penentuan kelayakan ini harus dilakukan secara objektif. Oleh karena itu, para pengembang kurikulum perlu bekerja secara hati-hatiu serta menjauhkan diri dari kepentingan-kepentingan subjektif.
3.      Jenis-jenis materi kurikulum
Biasanya materi kurikulum yang harus dipelajari siswa terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum, dan keterampilan. Fakta adalah sifat dari suatu gejala, peristiwa, benda, yang wujudnya dapat ditangkap oleh pancaindra. Fakta merupakan pengetahuan yang berhubungan degan data yang spesifik (tunggal) baik yang telah maupun yang sedang terjadi yang dapat diuji atau diobservasi.
Konsep adalah abstraksi kesamaan atau keterhubungan dari sekelompok benda atau sifat. Suatu konsep memiliki bagian yang dinamakan atribut. Atribut adalah karakteristik yang dimiliki suatu konsep. Gabungan dari berbagai atribut menjadi suatu pembeda antara satu konsep dengan konsep yang lain. contoh, anak laki-laki merupakan suatu konsep, yang memiliki atribut tertentu yang berbeda dengan atribut yang dimiliki oleh konsep “anak perempuan” .
Hubungan antara dua atau lebih konsep yang sudah teruji secara empiric dinamakan generalisasi yang selanjutnya dapat ditarik ke dalam prinsip. Materi pelajaran tentang prinsip akan lebih sulit dibandingkan dengan fakta, atau konsep. Sebab, seorang akan dapat menarik suatu prinsip apabila sudah memahami berbagai fakta dan konsep yang relevan.
Ada juga yang lebih tinggi dari generalisasi atau prinsip, yaitu yang dinamakan teori. Menurut Goetz dan Lacomte, teori adalah komposisi yang dihasilkan dari pengembangan sejumlah proposisi atau generalisasi yang dianggap memiliki keterhubungan secara sistematis. Teori merupakan pengetahuan taraf tinggi dari pengembangan suatu ilmu. Melalui teori, dapat menerangkan dan meramalkan perilaku manusia atau kejadian-kejadian tertentu.
Keterampilan adalah pola kegiatan yang memiliki tujuan tertentu yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi. Keterampilan dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu keterampilan intelektual dan keterampilan fisik. Keterampilan intelektual adalah keterampilan berpikir melalui usaha menggali, menyusun, dan menggunakan berbagai informasi, baik berupa data, fakta, konsep, ataupun prinsip dan teori. Contohnya adalah keterampilan menyelesaikan masalah melalui langkah-langkah yang sistematis, keterampilan mengevaluasi suatu program atau mengevaluasi suatu objek, keterampilan menyusun program kegiatan, keterampilan membuat perencanaan, dan lain sebagainya. Keterampilan fisik adalah keterampilan motorik seperti keterampilan mengoperasikan computer, keterampilan mengemudi, dan lain sebagainya. 

D.    Kesimpulan
Pengembangan tujuan kurikulum merupakan hal penting yang harus dilakukan dalam proses pengembangan kurikulum, sebab tujuan erat kaitannya dengan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh setiap upaya pendidikan. Melalui tujuan yang jelas, maka dapat membantu para pengembang kurikulum dalam mendesain model kurikulum yang dapat digunakan, serta sebagai control dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran.
Setiap rencana yang terdapat dalam kurikulum selalu didasarkan pada suatu tujuan tertentu, sehingga dapat ditentukan apa yang ingin dicapai. Komponen tujuan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum. Sebab tanpa tujuan yang khusus, maka tidak dapat disusun rencana yang merupakan perangkat penyusun kurikulum tersebut.
Bahan atau materi kurikulum adalah isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami siswa dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
Pengembangan materi kurikulum menyangkut proses penentuan bahan atau materi yang perlu dipahami oleh peserta didik. Pengembangan materi kurikulum bersumber pada beberapa aspek, yaitu masyarakat, siswa, dan ilmu pengetahuan. Setiap aspek harus diseimbangkan satu sama lain agar kurikulum yang terbentuk menjadi lebih berkualitas.

E.     Daftar Pustaka
Ø  Sanjaya Wina. “Kurikulum dan Pembelajaran”. Jakarta: Kencana, 2008.
Ø  Dr. Ibrahim M.A. dkk. Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka, 2006.
Ø  Dakir. “Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum”. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Ø  Ahmad, dkk. “Pengembangan Kurikulum”. Bandung: Pustaka Setia, 1998.
Ø  Hamalik, Oemar. “Kurikulum dan Pengajaran”. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon kritik, saran, tanggapan dan masukan yang sifatnya membangun untuk memperbaki tulisan diatas.
Sebelumnya, saya ucapkan banyak terimakasih.