Irvanuddin |
Kejernihan dan
kekotoran hati seseorang akan tampak jelas tatkala dirinya ditimpa kritik,
celaan, atau penghinaan orang lain. Bagi orang yang lemah akal dan imannya,
niscaya akan mudah goyah dan resah. Ia akan sibuk menganiaya diri sendiri
dengan memboroskan waktu untuk memikirkan kemungkinan melakukan pembalasan.
Mungkin dengan cara-cara mengorek-ngorek pula aib lawannya tersebut atau
mencari dalih-dalih untuk membela diri, yang ternyata ujung dari perbuatannya
tersebut hanya akan membuat dirinya semakin tenggelam dalam kesengsaraan batin
dan kegelisahan.
Persis seperti
orang yang sedang duduk di sebuah kursi sementara di bawahnya ada seekor ular
berbisa yang siap mematuk kakinya. Tiba-tiba datang beberapa orang yang
memberitahukan bahaya yang mengancam dirinya itu. Yang seorang menyampaikannya
dengan cara halus, sedangkan yang lainnya dengan cara kasar.
Namun, apa yang
terjadi?, Setelah ia mendengar pemberitahuan
itu, diambilnya sebuah pemukul, lalu dipukulkannya, bukan kepada ular namun
kepada orang-orang yang memberitahukan adanya bahaya tersebut.
Lain halnya
dengan orang yang memiliki kejernihan hati dan ketinggian akhlak. Ketika datang
badai kritik, celaan, serta penghinaan seberat atau sedahsyat apapun, dia tetap
tegar, tak goyah sedikit pun. Malah ia justru dapat menikmati karena yakin
betul bahwa semua musibah yang menimpanya tersebut semata-mata terjadi dengan
seijin Allah Azza wa Jalla.
Allah tahu
persis segala aib dan cela hamba-Nya dan Dia berkenan memberitahunya dengan
cara apa saja dan melalui apa saja yang dikehendaki-Nya. Terkadang terbentuk
nasehat yang halus, adakalanya lewat obrolan dan guyonan seorang teman, bahkan
tak jarang berupa cacian teramat pedas dan menyakitkan. Ia pun bisa muncul
melalui lisan seorang guru, ulama, orang tua, sahabat, adik, musuh, atau siapa
saja.
Jadi, kenapa
kita harus merepotkan diri membalas orang-orang yang menjadi jalan keuntungan bagi
kita?, Padahal seharusnya kita bersyukur dengan sebesar-besar syukur karena
tanpa kita bayar atau kita gaji mereka sudi meluangkan waktu memberitahu segala
kejelekkan dan aib yang mengancam amal-amal shaleh kita di akhirat kelak.
Karenanya,
jangan aneh jika kita saksikan orang-orang mulia dan ulama yang shaleh ketika
dihina dan dicaci, sama sekali tidak menunjukkan perasaan sakit hati dan
keresahan. Sebaliknya, mereka malahan bersikap penuh dengan kemuliaan,
memaafkan dan bahkan mengirimkan hadiah sebagai tanda terima kasih atas
pemberitahuan ihwal aib yang justru tidak sempat terlihat oleh dirinya sendiri,
tetapi dengan penuh kesungguhan telah disampaikan oleh orang-orang yang tidak
menyukainya.
Pembaca yang
budiman, bagi diri kita yang berlumur dosa ini, haruslah senantiasa waspada
terhadap pemberitahuan dari Allah yang setiap saat bisa datang dengan berbagai
bentuk.
Ketahuilah, ada
tiga bentuk sikap orang yang menyampaikan kritik yaitu:
Pertama,
kritiknya benar dan caranya pun benar.
Kedua,
kritiknya benar, tetapi caranya menyakitkan.
Ketiga,
kritiknya tidak benar dan caranya pun menyakitkan.
Bentuk kritik
yang manapun datang kepada kita, semuanya menguntungkan. Sama sekali tidak
menjatuhkan kemuliaan kita dihadapan siapapun, sekiranya sikap kita dalam
menghadapinya penuh dengan kemuliaan sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Karena,
sesungguhnya kemuliaan dan keridhaan-Nyalah yang menjadi penentu itu.
Allah SWT
berfirman, "Dan janganlah engkau berduka cita karena perkataan mereka.
Sesungguhnya kekuatan itu bagi Allah semuanya. Dia Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui." (QS. Yunus [10] : 65)
Ingatlah,
walaupun bergabung jin dan manusia menghina kita, kalau Allah menghendaki
kemuliaan kepada diri kita, maka tidak akan membuat diri kita menjadi jatuh ke
lembah kehinaan.
Apalah artinya
kekuatan sang mahluk dibandingkan Khalik-nya?, Manusia memang sering lupa bahwa qudrah dan iradah Allah itu
berada di atas segalanya. Sehingga menjadi sombong dan takabur, seakan-akan
dunia dan isinya ini berada dalam genggaman tangannya. Naudzubillaah!!!
Padahal, Allah
Azza wa Jalla telah berfirman, "Katakanlah, Wahai Tuhan yang mempunyai
kerajaan. Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Kau kehendaki dan Engkau
cabut kerajaan dari orang yang Kau kehendaki. Engkau muliakan yang Kau
kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Kau Kehendaki. Di tangan Engkaulah
segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS.
Ali ‘Imran [3] : 26)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon kritik, saran, tanggapan dan masukan yang sifatnya membangun untuk memperbaki tulisan diatas.
Sebelumnya, saya ucapkan banyak terimakasih.