Irvanuddin |
Asslamu’alaikum
Wr. Wb
Saya bernama
Irvanuddin, lahir di Sumber Bahagia, Lampung, Indonesia. Saya anak pertama dari
tiga bersaudara. Ayah saya bernama Agus Supardi Dan Ibu bernama Siti Aisyah
yang mana notabenenya keluarga saya tergolong kelas menengah kebawah dalam
strata ekonomi.
Awal pendidikan
saya di Sekolah Dasar Negeri 03 (SDN-03) Sumber Bahagia. Selama 6 tahun saya
menjalani pendidikan tingkat dasar dan Alhamdulillah tidak pernah tinggal
kelas. Kemudian saya melanjutkan sekolah menengah pertama di MTs Ma’arif 11
Seba. Dalam proses pendidikan yang saya jalani di MTs Ma’arif 11 mengalami
beberapa problem atau masalah, dari masalah ekonomi dan masalah-masalah yang
lainya. Namun saya sangat bersyukur terhadap komitmen dan konsisten kedua orang
tua saya untuk terus menyekolahkan, agar saya bisa seperti teman-teman yang lainya.
Saya sekolah
naik sepeda ontel, setiap hari berangkat pagi dan terkadang terlambat sampai
sekolah. Awalnya saya sedikit gengsi bersekolah dengan menggunakan sepeda. Namun
setelah mendapatkan nasehat-nasehat “Wejangan” dari orang-orang yang lebih tua
dari saya, dan akhirnya saya sadar bahwa memang keadaan keluarga tidak
mendukung untuk berbuat lebih. Menjalani kehidupan yang serba pas-pasan tidak
menyurutkan niat saya untuk menempuh pendidikan menengah tingkat pertama. Namun
terkadang juga terbesit dihati ingin seperti teman-teman yang lain, yang mana
bisa berangkat sekolah naik sepeda motor.
In Memorian MTs Ma'arif 11 Se-Ba Lampung Tengah |
Hari berganti
hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Akhirnya saya sudah kelas
IX MTs, yang mana kelas IX MTs merupakan strata tertinggi dalam pendidikan
tingkat pertama. Pada saat inilah permasalahan-permasalahan mulai berdatangan,
dari biaya SPP, uang Buku, uang ujian dan masalah keluarga lainya. Pernah terbesit
dalam hati dan fikiran saya untuk berhenti sekolah, karena permasalahan ekonomi
keluarga.
Selanjutnya tibalah
masa Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan Ujian Akhir Nasional (UAN). Pada suatu hari dapat
pengumuman dari pihak sekolah bahwasanya setiap siswa/i harus membayar biaya ujian
untuk mengikuti pelaksanaan UAS dan UAN. Setelah selesai pelajaran saya pulang
kerumah, sesampainya dirumah kemudian saya beritahukan kepada orang tua bahwasanya
ada pengumuman dari pihak sekolah mengenai administrasi biaya UAS dan UAN. Tentu
saja orang tua menjawab “Iya nanti dicarikan”.
Beberapa hari
kemudian ketika saya berangkat ke sekolah Ibu memberikan uang yang mana
jumlahnya hanya separoh dari biaya yang dibutuhkan. Sesampainya disekolah, saya
berikan uangnya kepada petugas TU yang saat itu masih mbak Khairul (Irul). Saya
bilang kepada mbak Irul, saya hanya bayar separoh dulu mbak?. Kemudian mbak Irul
menjawab : ya sudah tidak apa-apa, bisa dilunasi kapan-kapan. Alhamdulillah dalam benak saya, terimakasih ya mbak?, Iya
sama-sama jawabnya.
Waktu ujianpun
tiba, para siswa/I pun berpakaian rapi dan bersiap untuk melaksanakan ujian. Mulailah
ujian hari pertama, kedua dan hari ketiga, maka selesailah ujian yang
dilaksanakan. Beberapa minggu kemudian, tibalah saat pengumuman hasil ujian. Maka
perasaanpun dihantui perasaan was-was dan takut kalau-kalau tidak lulus. Dan akhirnya
dari hasil pengumuman yang telah dimumkan, kelas kami lulus 100%. Senangnya
dalam hati, teman-teman dan saya bisa lulus 100%.
Selanjutnnya,
setelah lulus MTs tidak tahu mau kemana arah harus berpijak. Mau sekolahkah? Atau
mau berhenti sekolah “tidak melanjutkan sekolah”. Karena pada waktu itu ijazah
saya belum diambil dari pihak sekolah atau masih ditahan pihak sekolah
dekarenakan belum melunasi biaya administrasi. Saya berfikir, bagaimana caranya
bisa mendapatkan uang untuk melunasi biaya tersebut. Kemudian saya dan Ayah “Bapak”
berinisiatif untuk membuat batu bata dari tanah liat untuk dijual kepada orang
yang membutuhkan. Niat hati, hasil uang penjualan tersebut akan digunakan untuk
pengambilan ijazah atau melunasi biaya administarasi sekolah. Alhamdulillah dengan
susah payah akhirnya proses pembuatan batu bata lancar tanpa ada halangan
apapun dan secepatnya dijual kepada orang yang membutuhkan. Dan akhirnya keinginan
untuk melunasi administrasi sekolah yang tersendat bisa terselesaikan serta
bisa mengambil ijazah.
Ijazahpun sudah
ditangan, namun saya masih bingung mau melanjutkan sekolah atau tidak. Yang menjadi
dasar kebingungan saya adalah masalah ekonomi keluarga saya yang kurang
mendukung. Beberapa minggu kemudian setelah berfikar dan berfikir serta
mendapatkan dukungan atau restu orang tua, akhirnya saya melanjutkan sekolah
menengah atas di MA Ma’arif 03 seba, Lampung Tengah.
Begitu juga dengan
masalah sebelumnya, saya ingin seperti teman-teman yang lain. Yang mana bisa
sekolah naik sepeda motor. Namun apalah daya, ekonomi keluarga tidak mendukung
untuk saya bisa memiliki sepeda motor. Akhirnya saya bersekolah dengan
mengendarai sepeda ontel dan terkadang berjalan kaki. Saya sekolah jarang
diberikan uang saku bahkan bisa dikaatakn tidak pernah mendapatkan uang saku
dari orang tua. Untung saja ada teman-teman yang mau berbagi, kadang-kadang
mereka mengajak saya ke kantin sekolah.
Orang tua saya
berprofesia sebagai kuli bangunan, buruh diladang, dan bercocok tanam disawah. Begitulah
kehidupan keluarga saya, yang memang bisa dikatakan dibawah garis kemiskinan. Namun
pada suatu hari ada orang dari medan membutuhkan karyawan untuk bekerja
ditempatnya. Kabar tersebutpun sampai ke orang tua saya, dan akhirnya melalui
proses musyawarah yang sangat panjang kedua orang tua saya memutuskan untuk berangkat
ke Kota Medan guna mengadu nasib. Orang tua saya di Medan bekerja di Warung
Bakso Mas Harno.
PK IPNU-IPPNU MA Ma'arif 03 Se-Ba, Lampung Tengah |
Sayapun
ditinggal dirumah dengan adik yang bernama Ahmad Fauzi. Kegiatan sehari-hari
sayapun bertambah, dari mulai sekolah dan menjadi orang tua kedua untuk adik
saya. Selain bersekolah, saya juga bekerja di bengkel diesel dan las listrik
pak Usman, tepatnya di Desa Sumber Bahagia, Lampung Tengah. Alhamdulillah dengan
adanya pekerjaan sampingan, saya bisa mendapatkan uang saku dari hasil
pekerjaan tersebut. Beberapa bulan kemudian, Pakde saya yang ada di Metro
menelpon bahwasanya Adik saya disekolahkan disana saja. Adik sayapun akhirnya
bersekolah disana, sayapun tinggal sendirian dirumah. Kegiatan saya dirumah
pada saat itu hanya bekerja di bengkel, mengaji di Pon-Pes El-Firdaus dan
bersekolah. Setelah beberapa bulan kemudian, ada pemilihan pimpinan organisasi
di sekolah kami (MA Ma’arif 03) dalam hal ini Pimpinan Komisariat IPNU-IPPNU
(PK IPNU-IPPNU). Dalam pemilihan tersebut ada 5 calon kandidat sebagai ketua PK
IPNU-IPPNU, dan saya adalah salah satunya karena dicalonkan oleh rekan-rekanita
pada saat itu. Padahal sebenarnya saya tidak sedikitpun ada keinginan untuk
menjadi ketua IPNU, alasanya karena saya takut kalau ada acara-acara disuruh
memberikan kata sambutan. Dan pada pemilihan tersebut saya menang mutlak atau dipercayakan
sebagai ketua IPNU periode 2007/2008 dan Ketua IPPNUnya oleh rekanita Eka Hepy
Jayanti. Pada waktu itu, setelah saya terpilih menjadi ketua IPNU yang baru
diberikan waktu untuk memberikan sepatah dua patah kata sambutan sebagai ketua
IPNU yang baru. Sayapun mengalami keringat dingin dan gugup, terpaksa dan tidak
terpaksa akhirnya saya maju di depan forum. Saingkat saja saya hanya
mengucapkan salam, kemudian ucapan terimakasih dan tutup salam. Beberapa bulan kemudian,
PK IPNU-IPPNU mengadakan acara rutin tiga bulan sekali yaitu acara Khatmil Qur’an.
Persiapan demi persiapan pun telah dipersiapkan oleh seluruh anggota PK IPNU-IPPNU
beserta anggota panitia , dari mulai dekorasi, konsumsi, alat-alat pendukung
dan lain sebagainya. Dan yang sangat sibuk adalah saya, yang mana saya harus
menghafal teks kata sambutan dan berlatih di depan cermin setiap ada kesempatan
atau waktu. Tibalah waktu pelaksanaan acara tersebut dan acara berjalan dengan
pedoman yang telah dibuat. Dan waktunya sambutan dari ketua PK IPNU, maka
dipanggilah Nama saya. Terpaksa dan tidak terpaksa saya dengan percaya diri
maju dan memberikan kata sambutan dibarengi rasa nerves “Grogi” serta keringat
panas dingin. Akhirnya sayapun pelan dan pasti, selesai memberikan kata sambutan
walaupun sedikit tidak Pe-De. Acara selanjutnyapun berlangsung dengan khidmat
dan tertib, maka selesailah acara tersebut.
PK IPNU-IPPNU
pun tiap seminggu sekali mengadakan rapat koordinasi dan konsolidasi membicarakan
tentang pengembangan program-program. Pada saat itu pembinanya adalah Bapak
Sugianto SPd.I, beliau memberikan nasehat yang isinya “Rekan Dan Rekanita
sekalian harus bisa bekerja sama dan sama-sama bekerja untuk meberikan
kontribusi yang positif demi kemajuan PK IPNU-IPPNU ini”.
Panitia Pelaksana Kegiatan Pelatihan Keorganisasian PK IPNU-IPPNU |
Acara demi
acarapun terlaksana, namun pada suatu hari ketika sedang rapat ada pernyataan
yang mengejutkan, dalam hal ini Bapak Sugianto SPd.I mengundurkan diri sebagai
penasehat PK IPNU-IPPNU. Keadaanpun pada waktu itu hening dan senyap, para
anggota PK IPNU-IPPNU pun hanya berdiam tidak berani memberikan pendapat. Setelah
pengunduran Bapak Sugianto SPd.I, PK IPNU-IPPNU pun berjalan sendiri tanpa ada
bimbingan dari seorang Pembina. Namun pada saat rapat kecil, datanglah Bapak
Adi Hasan Basri SH.I yang mana beliau memberikan beberapa nasehat dan masukan
mengenai perkembangan PK IPNU-IPPNU kami. Setelah itu kami memutuskan untuk
menjadikan Bapak Adi Hasan Basri SH.I sebagai Pembina kami. Bapak adi pun tidak
mengiyakan, beliau hanya mengatakan “saya tidak mau menjadi Pembina kalian, kalau
mendampingi atau memeberikan masukan kepada kalian saya mau”. Kamipun tidak
bisa memaksa kehendak beliau, dan PK IPNU-IPPNU melanjutkan beberapa program
yang tertunda. Beberapa minggu kemudian tercetuskanlah usul mengenai kegiatan
pelatihan keorganisasian, akhirya digodoklah usul tersebut. Maka dibicarakanlah
mengenai keperluan atau kebutuhan apa saja yang harus dipersiapakan untuk acara
pelatihan tersebut. Maka dimusyawarahkanlah mengenai kebutuhan apa saja yang
harus dipersiapakan, langkah awal yaitu pembentukan Kepanitiaan. Dan ditunjuklah
rekan Sukari sebagai ketua panitia. Beberapa hari kemudian diadakan rapat
koordinasi dan konsolidasi antara PK IPNU-IPPNU dan seluruh anggota panitia
yang inti pembahasnaya adalah pelaksanaan pelatihan keorganisasian, dalam hal
ini mengenai dana, nara sumber, peserta, tempat, konsumsi dan lainya. Setelah mufakat
didapat, maka seluruh anggota PK IPNU-IPPNU dan seluruh Panitia bergerak sesuai
tugas masing-masing. Setelah beberapa minggu dan kebutuhan yang dianggap urgen
sudah tercukupi, maka dilaksanakanlah kegiatan tersebut. Acara kegiatan
tersebut dilaksankan digedung MA Ma’arif 03 Seputih Banyak, Lampug Tengah. Dengan
nara sumber : Bapak Mu’aly Irsyam S.Ag, Ibu Dra. Mursiyatun dan Bapak Drs. Nur Salim.
Para pesertanya perwakilan dari SMA dan MA Se-Kecamatan Seputih Banyak. Alhamdulillah
acara tersebut berjalan lancar tanpa halangn apapun, ini lantaran keinerja
panitia pelaksana yang bekerja secara maksimal.
Setelah kegiatan
tersebut periodisasi PK IPNU-IPPNU sayapun habis, maka tibalah PK IPNU-IPPNU
mengadakan pemilihan ketua baru, pada saat itu pimpinan sidang dipimpin oleh
rekan Zainul Chusna (Mantan Ketua PK IPNU sebelum saya). Saya tidak mencalonkan
diri, karena saat itu saya sudah kelas XII dan tidak bisa konsentrasi lagi dalam
organisasi karena harus focus untuk persiapan akhir sekolah. Terpilihlah rekan
M. Abdul Wahab Sebagai ketua PK IPNU dan rekanita Anita Rahmawati Sebagai Ketua
PK IPPNU dalam muskom tersebut.
Sebenarnya sejak
awal mengikuti organisasi diatas, saya tidak tinggal dirumah lagi. Saya tinggal
ditempat rekan saya Zainul Chusna tepatnya di Desa sido Binangun, orang tua
beliau sangat baik dan menganggap saya sebagai anaknya sendiri. Orang tua mas
Zainul berprofesi se bagai pembuat kue, maka selain sekolah saya juga membantu
keluarga mas Zainul, dalam hal ini membantu membungkus kue dan mencarikan
rumput peliharaan setelah sepulang sekolah bersama Mas Zainul.
Saya dan Mas
zainul di MA Ma’arif merupakan salah satu personel Group Music yang ada Di Ma’arif.
Saya sebagai keyboardist dan mas Zainul sebagai Vokalis. Personilnyapun tidak
hanya dari kalangan siswa/I melainkan ada dari kalangan guru yaitu Bapak
M.Toifur M.A, Bapak Adi Hasan Basri SH.I, Bapak Miftahul Huda SPd.I dan yang
lainya. Group music kamipun juga sering melakukan tour ke desa-desa guna untuk
mengenalkan Ma’arif ke halayak umum atau masyarakat.
In Memorian MA Ma'arif 03 Se-Ba, Lampung Tengah |
Beberapa bulan
kemudian, akhirnya ujianpun akan dilaksanakan. Maka saya dan teman-temanpun
mempersiapkan segala sesuatu untuk menghadapi ujian tersebut, dari mulai
kegiatan les, mengerjakan soal-soal ujian tahun lalu dan lain sebagainya. Dan tibalah
saat ujian dilaksanakan, nomor ujianpun sudah didapat. Maka setelah bunyi bel
berbunyi, kamipun langsung masuk keruang yang telah disediakan oleh panitia
ujian dan kamipun duduka seuai nomor yang tertera pada kartu ujian. Dan beberapa
hari mengikuti ujian, maka sudah selesailah ujian akhir sekolah (UAS/UAN). Beberapa
minggu kemudian waktunya pengumuman hasil ujian, dalam pengumuman hasil ujian
para siswa diberikan amplop masing-masing yang isinya adlah tulisan lulus/tidak
lulus. Pada saat itu Alhamdulillah saya mendapatkan amplop yang berisi tulisan
Lulus, dalam hati sayapun senangnya bukan main. Namun ada juga teman-teman yang
dikerjai oleh pihak sekolah, yang mana mereka disuruh mengambil amplop tersebut
dikantor kepala sekolah. Maka keadaanpun mencekam dan sebagian teman cewek ada
yang menangis histeris, takut kalau tidak lulus. Kamipun menunggu keluarnya teman-teman
yang masuk ke ruang kepala sekolah perasaan was-was. Dan akhirnya, Alhamdulillah
kami lulus 100%.
Acara perpisahanpun
dilaksanakan, dengan penuh suka cita kami merayakan kelulusan ini. Kami merasa
berhutang budi kepada para dewan guru yang dengan susah payah beliau mendidik
kami tanpa ada ras bosan.
Bakso Mas Ragil, Medan |
Setelah kelulusan
tersebut, Kemudian teman-temanpun ada yang kuliah, bekerja, nikah dan lain
sebagainya. Saya menelpon orang tua saya yang ada di Medan, mengenai tindak
lanjut saya. Apakah saya kuliah atau kerja?. Orang tua sayapun menyuruh saya untuk
berangkat ke Medan guna untuk membantu mengelola warung bakso yang telah
dirintis orang tua saya. Sayapun berangkat ke Medan dengan niat Biamillah
mudah-mudahn diberikan jalan kemudahan kesana dan mampu menjalani hidup dikota
orang. Alhamdulillah saat ini, kehidupan saya mengalami sedikit perubahan dan
saya saat ini menjalani aktivitas sebagai abang atau mas tukang bakso serta
menjadi mahasiswa disalah satu Universitas swasta di Kota Medan.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb
Hormat Saya,
Penulis
Irvanuddin
saya baru menemukan blog anda n saya sangat tersesan dengan tulisan anda. semoga anda sukses. amiin.
BalasHapusmakasih bang.salam santun dan sukses
HapusMakasih Bung Yudistira
BalasHapus