Irvanuddin In Kabupaten Karo |
Selepas Isya', setelah merasa cukup memberikan
pengajian selama bertahun-tahun pada santrinya, seorang Kiyai memberikan
santrinya masing-masing seekor ayam. Kiyai berpesan, "terimalah ayam ini,
lalu semblihlah ditempat, dimana tidak ada yang bisa melihat apa yang kamu
lakukan."
Subuh itu udara cukup dingin, namun Kiyai dan para
santrinya sudah berkumpul di Langgar. Selepas shalat subuh berjama'ah, Kiyai
bertanya perihal ayam yang diberikannya itu. Seorang santri senior meminta ijin
berbicara, "Kiyai, saya sudah jalankan pesan Kiyai untuk menyemblih ayam
itu di tempat yang tak bisa ada yang melihat saya menyemblih ayam itu."
Kiyai tersenyum, "Dimana kamu semblih?"
Santri menjawab, "Di belakang sumur, malam tadi
tepat jam 12.00"
"Kamu yakin tak ada yg melihat perbuatan
itu?," tanya Kiyai lagi.
"Yakin....a'inul yakin, Kiyai, saya sudah
periksa berulang kali tempat itu dan sudah sangat berhati-hati" jawab
santri dengan takzimnya.
Kiyai menghela nafas. Dia tatap seluruh santrinya.
Lalu dengan perlahan dia bertanya, "Bagaimana dengan yang lain?"
Satu-satu melaporkan "tempat rahasia" mereka saat menyemblih ayam
tersebut.
Kiyai sekali lagi menghela nafas. Dengan suara berat,
Kiyai berkata, "Kalian semua tidak lulus.... berbulan-bulan aku
mengajarkan Islam kepada kalian, sayang, kalian tak mampu menangkapnya dengan
baik. Ketika kalian merasa telah menemukan suatu tempat rahasia, dimana tak ada
yang bisa melihat perbuatan kalian, kalian lupa, wahai anak-anakku, bahwa
sungguh tak ada tempat di dunia ini yang lepas dari pengamatan Allah!"
"Ketika kalian semblih ayam itu, tak sadarkah kalian bahwa Allah melihat
perbuatan itu."
Saya menghela nafas mengingat kembali kisah di atas.
Betapa sering kita lupa bahwa Allah selalu melihat dan mengetahui perbuatan
kita. Ketika kita "semblih" nasib bawahan kita, kita lupa bahwa Allah
melihat perbuatan kita. Ketika kita berhasil meloloskan diri dari kecurigaan
isteri untuk berdua-duaan saja dengan wanita yang bukan hak kita di sebuah
motel selama berjam-jam, kita lupa bahwa Allah tak bisa kita kelabui.
Saat kita sukses merubah laporan keuangan sehingga di
akhir tahun anggaran, terdapat banyak dana sisa yang bisa kita
"hanguskan", kita juga lupa bahwa Allah akan "meng-audit"
laporan keuangan tersebut di akherat nanti. Manakala kita tunjuk pihak-pihak
lain sebagai kambing hitam dari persoalan moneter di negara kita, dan melupakan
bahwa kitapun memiliki "saham" dari persoalan ini, kita lupa bahwa
Allah bisa membedakan dengan jelas mana kambing yang "hitam" dan mana
yang "putih".
Ah...bisakah kita melepaskan diri dari
"mata" Allah, bisakah kita menemukan suatu tempat rahasia, dimana tak
ada yang bisa melihat apa yang kita lakukan...???
Ya Allah, ampuni kami....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon kritik, saran, tanggapan dan masukan yang sifatnya membangun untuk memperbaki tulisan diatas.
Sebelumnya, saya ucapkan banyak terimakasih.