Kenakalan
Anak Dalam Lingkungan Keluarga
Oleh
: Irvanuddin
Disampaikan
Dalam Kegiatan Perkuliahan
Mata
Kuliah “Bimbingan Konseling”
Tanggal
25 November 2011, Universitas Al-Wasliyah (UNIVA) Medan
A.
Pendahulun
Kedudukan
dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia bersifat primer dan
fundamental. Keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan masing-masing
anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab
orangtuanya.
Perkembangan anak pada umumnya meliputi
keadaan fisik, emosional social dan intelektual. Bila kesemuanya berjalan
secara harmonis maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat
jiwanya. Dalam perkembangan jiwa terdapat periode-periode kritik yang berarti
bahwa bila periode-periode ini tidak dapat dilalui dengan harmonis maka akan
timbul gejala-gejala yang menunjukkan misalnya keterlambatan, ketegangan,
kesulitan penyesuaian diri kepribadian yang terganggu bahkan menjadi gagal sama
sekali dalam tugas sebagai makhluk social untuk mengadakan hubungan antar
manusia yang memuaskan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang di
lingkungannya.
Keluarga merupakan kesatuan yang
terkecil di dalam masyarakat tetapi menepati kedudukan yang primer dan
fundamental, oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital
dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun
tahap-tahap kritisnya. Keluarga yang gagal memberi cinta kasih dan perhatian
akan meupuk kebencian, rasa tidak aman dan tindak kekerasan kepada anak-anaknya.
Demikian pula jika keluarga tidak dapat menciptakan suasana pendidikan, maka
hal ini akan menyebabkan anak-anak terperosok atau tersesat jalannya.
Dalam penulisan makalah
ini, kami pemakalah mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.
Pemakalah ingin
mengetahui kanakalan-kenakalan yang dilakukan anak dirumah atau lingkungan
keluarga.
2.
Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah bimbingan konseling.
B.
Tinjauan
Teoritis Kenakalan Anak
Kenakalan anak merupakan perbuatan
pelanggaran norma-norma baik norma hukum maupun norma sosial.
Menurut Paul Moedikdo,SH kenakalan anak yaitu:
1.
Semua
perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak
merupakan kenakalan, jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti
mencuri, menganiaya dan sebagainya.
2.
Semua
perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran
dalam masyarakat.
3.
Semua
perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
“Menurut Prof. DR. Fuad Hasan, kenakalan
anak adalah perbuatan anti social yang dilakukan oleh anak yang bila dilakukan
oleh orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan”[1].
Menurut M.A. Merril dalam bukunya
problems of child delinquency mengatakan: seorang anak itu digolongkan sebagai
delinquent (nakal) bila padanya tampak kecenderungan antisocial yang demikian
memuncaknya dan menimbulkan gangguan-gangguan sehingga yang berwajib terpaksa
mengambil tindakan terhadapnya dengan jalan menangkap dan mengasingkanya.
Menurut Paul Moedikdo,SH, adapun
gejala-gejala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah kepada kenakalan
anak antara lain:
1.
Anak-anak
yang tidak disukai oleh teman-temannya sehingga anak tersebut menyendiri. Anak
yang demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi.
2.
Anak-anak
yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau di sekolah.
Menghindarkan diri dari tanggung jawab biasanya karena anak tidak menyukai
pekerjaan yang ditugaskan pada mereka sehingga mereka menjauhkan diri dari
padanya dan mencari kesibukan-kesibukan lain yang tidak terbimbing.
3.
Anak-anak
yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalami masalah yang oleh dia
sendiri tidak sanggup mencari permasalahannya. Anak seperti ini sering terbawa
kepada kegoncangan emosi.
4.
Anak-anak
yang mengalami phobia dan gelisah dalam melewati batas yang berbeda dengan
ketakutan anal-anak normal.
5.
Anak-anak
yang suka berbohong.
6.
Anak-anak
yang suka menyakiti atau mengganggu teman-temannya di sekolah atau di rumah.
Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa kenakalan anak yaitu: perbuatan anak-anak yang
melanggar norma social, norma hukum, norma kelompok, dan mengganggu ketentraman
keluarga serta masyarakat, sehingga yang berwajib terpaksa mengambil tindakan
pengamanan/penangkalan. (Bila kenakalan tersebut dilakukan oleh orang
dewasa/tua disebut dengan kejahatan).
C.
Tinjauan
Realistis (Lapangan) Kenakalan Anak Dirumah (Lingkungan Keluarga)
Pemakalah pada tanggal
18 Oktober 2011 mendatangi rumah keluarga Bapak Sukarjo di jalan Mandala By
Pass, Gang Sabang No 56 guna untuk melakukan wawancara tentang kenakalan
anaknya yang bernama Andri Susanto.
Adapun wawancara kami
dirumah keluarga Bapak Sukarjo tentang kenakalan anaknya yang dilakukan
dirumah, pemakalah mengajukan beberapa pertanyaan antara lain:
1.
Pertanyaan
terhadap Bapak Sukarjo
Pemakalah : Berapa usia Bapak sekarang?
Bapak sukarjo : Usia Bapak sekarang 47 tahun.
Pemakalah : Apa pekerjaan Bapak atau Ibu?
Bapak Sukarjo : Bapak setiap hari bekerja
narik becak motor sedangkan Ibu bekerja jadi tukang pijat.
Pemakalah : Berapa usia Andri Susanto pak?
Bapak sukarjo : Usia Andri 12 tahun.
Pemakalah : Apakah Andri Susanto sekolah Pak?
Bapak Sukarjo : Iya, Andri sekarang duduk di kelas 1 Sekolah Menengah Pertama.
Pemakalah : Berapa saudara/I Andri Susanto dan Dia anak ke berapa Pak?
Bapak Sukarjo : Anak ke 4 dari 4 bersaudara.
Pemakalah : Apa kegiatan Andri Susanto selain sekolah Pak?
Bapak Sukarjo : Belum ada.
Pemakalah : Menurut Bapak, apakah Andri Susanto pernah melakukan
perbuatan menyimpang ketika dirumah?
Bapak sukarjo : Iya pernah.
Pemakalah : Kalau boleh kami tahu, perbuatan menyimpang apa yang pernah
Andri Susanto lakukan di rumah Pak?
Bapak sukarjo : Andri kalau dirumah sering berkata kotor, membantah perintah orang
tua, berantam dengan anak tetangga dan yang lebih parah lagi, Dia sering
mencuri uang tabungan keluarga.
Pemakalah : Mengapa Andri Susanto melakukan perbuatan tersebut Pak?
Bapak Sukarjo : Bapak juga kurang tahu Dek, karena Bapak kalau narik becak
pulangnya sering malam hari.
Pemakalah : Apakah Bapak pernah menghukum Andri Susanto?
Bapak Sukarjo : Pernah, Dia Bapak suruh mengepel rumah.
Pemakalah : Mengapa Bapak suruh si Andri mengepel rumah?
Bapak Sukarjo : Bapak berharap Dia bisa jera dan tidak melakukan perbuatanya lagi.
Pemakalah : Apakah dengan menghukum Andri Susanto seperti itu bisa membuatnya
jera dan tidak melakukanya lagi Pak?
Bapak Sukarjo : Mudah-mudahan Dia jera dan tidak melakukan perbuatanya lagi.
2.
Petanyaan
terhadap Andri Susanto
Pemakalah : siapa namanya dek?
Andri Susanto : Nama saya Andri Susanto.
Pemakalah : Sudah kelas berapa Dek?
Andri Susanto : Saya kelas 1 Sekolah Menengah Pertama.
Pemakalah : Apakah Adek pernah melekuakan perbuatan menyimpang di rumah?
Andri Susanto : Pernah Kak.
Pemakalah : Perbuatan apa yang Adek lakukan?
Andri Susanto : Berantam, berkata kotor, tidak mau menurut dengan orang tua dan
sering mencuri uang dirumah.
Pemakalah : Mengapa Adek melakukan perbuatan tersebut?
Andri Susanto : Karena saya sudah biasa dengan perbuatan tersebut.
Pemakalah : Mengapa dibiasakan perbuatan nakal tersebut Dek?
Andri Susanto : Karena kalau saya tidak nakal, nanti saya di anggap remeh sama
teman-teman.
Pemakalah : Apakah dengan berbuat seperti itu, Adek tidak diremehkan
oleh teman-teman Adek?
Andri Susanto : Saya berharap seperti itu.
Pemakalah : Bagaimana jika teman-teman Adek, tetap meremehkan Adek?
Andri Sutanto : Ya biarkan saja.
Pemakalah : Apakah Adek tidak ingin merubah sikap Adek?
Andri Sutanto : Sebenarnya mau, tapi kan saya masih anak-anak.
Pemakalah : Memang kenapa kalau masih anak-anak?
Andri Sutanto : Saya ingin menikmati masa kanak-kanak sesuai dengan keinginan
saya.
Pemakalah : Keinginan yang bagaimana, yang Adek maksud?
Andri Sutanto : Ya saya ingin dimanja dan bebas melakukan sesuatu yang saya
inginkan.
Pemakalah : Apa adek tidak kasihan dengan orang tua Adek?
Andri Sutanto : kenapa harus kasihan, mereka saja sibuk dengan pekerjaan
masing-masing.
Pemakalah : Mengapa Adek berkata seperti itu?
Andri Sutanto : Saya bilang seperti itu, karena keadaanya seperti itu dan mungkin
takdir saya.
D. Analisa
Berdasarkan wawancara
yang pemakalah lakukan, maka pemakalah dapat menganalisa sebagai berikut:
1. Faktor- faktor
penyebab
Adapun faktor-faktor
penyebab kenakalan anak di rumah antara lain:
1.
Perang
dingin dalam keluarga
Dapat
dikatakan perang dingin adalah lebih berat dari pada kebudayaan bisu. Sebab
dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh rasa
perselisihan dan kebencian dari
masing-masing pihak. Awal perangdingin dapat disebabkan karena suami mau memenangkan
pendapat dan pendiriannya sendiri, sedangkan istri hanya mempertahankan
keinginan dan kehendaknya sendiri.
Suasana perang dingin dapat menimbulkan :
a.
Rasa
takut dan cemas pada anak-anak.
b.
Anak-anak
menjadi tidak betah dirumah sebab merasa tertekan dan bingung serta tegang.
c.
Anak-anak
menjadi tertutup dan tidak dapat mendiskusikan problem yang dialami.
d.
Semangat
belajar dan konsentrasi mereka menjadi lemah.
e.
Anak-anak
berusaha mencari kompensasi semu.
2.
Pendidikan
yang salah
a. Sikap memanjakan anak
Keluarga
mempunyai peranan di dalam pertumbuhan dan perkembangan pribadi seorang anak.
Sebab keluarga merupakan lingkungan pertama dari tempat kehadirannya dan
mempunyai fungsi untuk menerima, merawat dan mendidik seorang anak. Jelaslah keluarga menjadi tempat pendidikan pertama yang dibutuhkan seorang
anak. Dan cara bagaimana pendidikan itu diberikan akan menentukan. Sebab
pendidikan itu pula pada prinsipnya adalah untuk meletakkan dasar dan arah bagi
seorang anak. Pendidikan yang baik akan mengembangkan kedewasaan pribadi anak
tersebut. Anak itu menjadi seorang yang mandiri, penuh tangung jawab terhadap tugas dan kewajibannya, menghormati
sesama manusia dan hidup sesuai martabat dan citranya. Sebaliknya pendidikan
yang salah dapat membawa akibat yang tidak baik bagi perkembangan pribadi anak.
Salah satu pendidikan yang salah adalah memanjakan anak.
b. Anak tidak diberikan
pendidikan agama
Hal ini
dapat terjadi bila orang tua tidak meberikan pendidikan agama atau mencarikan guru agama di rumah atau orang tua
mau memberikan pendidikan agama dan mencarikan guru agama tetapi anak tidak mau
mengikuti. Bagi anak yang tidak dapat/mengikuti pendidikan agama akan cenderung
untuk tidak mematuhi ajaran-ajaran agama. Seseorang yang tidak patuh pada
ajaran agama mudah terjerumus pada perbuatan keji dan mungkar jika ada faktor
yang mempengaruhi seperti perbuatan kenakalan remaja.
2. Pengendalian Terhadap Kenakalan Anak
Dalam
mengatasi kenakalan remaja yang paling dominan adalah dari keluarga merupakan lingkungan yang paling pertama
ditemui seorang anak. Di dalam menghadapi kenakalan anak pihak orang tua
kehendaknya dapat mengambil dua sikap bicara yaitu:
1.
Sikap/cara
yang bersifat preventif
Yaitu
perbuatan/tindakan orang tua terhadap anak yang bertujuan untuk menjauhkan si
anak daripada perbuatan buruk atau dari lingkungan pergaulan yang buruk. Dalam hal sikap yang bersifat preventif, pihak orang tua
dapat memberikan/mengadakan tindakan sebagai berikut :
a.
Menanamkan
rasa disiplin dari ayah terhadap anak.
b.
memberikan
pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh ibu.
c.
Pencurahan
kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak.
d.
Menjaga
agar tetap terdapat suatu hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan
keluarga.
Disamping
keempat hal yang diatas maka hendaknya diadakan pula:
a.
Pendidikan
agama untuk meletakkan dasar moral yang baik dan berguna.
b.
Penyaluran
bakat si anak ke arab pekerjaan yang berguna dan produktif.
c.
Rekreasi
yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak.
d.
Pengawasan
atas lingkungan pergaulan anak sebaik-baiknya.
2. Sikap/cara
yang bersifat represif
Yaitu pihak
orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan social yang
bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan anak seperti menjadi anggota
badan kesejahteraan keluarga dan anak, ikut serta dalam diskusi yang khusus
mengenai masalah kesejahteraan anak-anak. Selain itu pihak orang tua terhadap
anak yang bersangkutan dalam perkara kenakalan hendaknya mengambil sikap
sebagai berikut :
a.
Mengadakan
introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya sehingga
menyebabkan anak terjerumus dalam kenakalan.
b.
Memahami
sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah kenakalan yang menimpa anaknya.
c.
Meminta
bantuan para ahli (psikolog atau petugas sosial) di dalam mengawasi
perkembangan kehidupan anak, apabila dipandang perlu.
d.
Membuat
catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari.
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan wawancara
dan penyusunan makalah ini, kami pemakalah memberi kesimpulan sebagai berikut:
1.
Kenakalan yang
dilakukan Andri Susanto merupakan dampak dari kurang perhatianya keluarga Bapak
Sukarjo terhadap perkembangan anaknya.
2.
Karena sibuk
dengan pekerjaanya masing-masing, Bapak Sukarjo dan istri melupakan
tanggung-jawabnya sebagai orang tua (Dalam hal ini masalah pendidikan agama).
3.
Hukuman yang
diberikan Bapak Sukarjo kepada anaknya tidak akan membuatnya jera, karena
beliau menghukum tidak mempuanyai unsur pendidikan.
2. Saran
Berdasarkan
permasalahan yang ada, kami mempunyai saran sebagai berikut:
1.
Sebagai orang
tua, seharusnya beliau memberikan sosialisasi tentang nilai moral dan sosial
terhadap anaknya.
2.
Sebagai orang
tua, seharusnya mengawasi aktivitas yang dilakukan anaknya. Sehingga beliau
mengetahui apa saja yang dilakukan oleh anaknya tersebut.
3.
Orang tua yang
baik yaitu orang tua yang mampu mendidik dan bisa menjadi tauladan bagi
anak-anaknya.
F.
Daftar
Pustaka
1.
Gunawan Ary H, Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2010.
2.
Ahmadi,
H Abu, Psikologi Sosial, Surabaya:
Bina Ilmu,1979
3.
Mulyono
Y, Bambang, Kenakalan Remaja Dalam
Persepektif
Pendekatan Sosiologi, Psikologi, Teologis Dan Usaha
Penanggulangan, Jakarta: Andi Offset,
1986.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon kritik, saran, tanggapan dan masukan yang sifatnya membangun untuk memperbaki tulisan diatas.
Sebelumnya, saya ucapkan banyak terimakasih.